Selasa, 21 Juni 2011

* *Ketika Orang Tua Tak Merestui Calon Kita**

بِسْــــــــــــــــــمِ اﷲِارَّحْمَنِ ارَّحِيم


لسَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ

ikhwah… Perlu kita ingat kembali bahwa hukum wanita menjalin
hubungan dengan laki-laki yang bukan mahram (pacaran) adalah
haram, sebagaimana ditegaskan oleh para ulama. Allah Ta ’ala
berfirman: “Dan janganlah kalian mendekati zina, karena ia merupakan suatu
perbuatan keji, dan suatu jalan yang buruk. ” (Qs. Al-Isra’: 32)

Ayat ini melarang dan mengharamkan kita untuk mendekati zina, apapun
bentuknya. Dan diantara bentuk perbuatan mendekati zina adalah pacaran.
Ingat pula sabda Nabi - shallallahu ’alaihi wa sallam-: “Sesungguhnya Allah mentakdirkan untuk anak adam, bagian zina yang ia pasti akan melakukannya. Maka zinanya mata adalah melihat, zinanya lisan adalah dengan bertutur kata, dan hatinya berangan- angan dan menyenangi sesuatu.
          Sedang kemaluannya, bisa jadi ia menuruti semua itu, dan bisa juga
ia tidak menurutinya. ” (HR. Bukhari no.6243, Muslim no.2657)

“Andai saja kepala salah seorang dari kalian ditusuk dengan penusuk dari besi, itu lebih baik
bagi dia, daripada memegang wanita yang tidak halal baginya. ” (HR. Thabarani, dan di-
shahih-kan oleh Albani dalam Silsilah Shahihah, hadits no: 226)

Dan Islam tidak melarang sesuatu, kecuali karena adanya banyak mafsadah di dalamnya,
atau mafsadah-nya lebih besar dari pada manfaatnya. Baik mafsadah itu kita rasakan
langsung atau tidak. Oleh karena itu, mohonlah ampun kepada Allah dan bertaubatlah, karena Rasul -
shallallahu ’alaihi wa sallam- juga bersabda:
“ Setiap anak adam itu banyak salahnya, dan sebaik-baik orang yang banyak salahnya itu mereka
yang banyak taubatnya. ” (HR. Tirmidzi: 2499, dan di-hasan-kan oleh Al Albani)

Kedua:
Jangan kita lupakan pula, bahwa kita terlahir di dunia, -dari bayi yang tidak tahu apa-apa, hingga
dewasa sehingga kaya ilmu-, adalah atas jasa orang tua kita. Oleh karena itulah Islam sangat
menekankan masalah berbakti kepada orang tua, membahagiakan mereka, dan idak durhaka pada mereka. Bahkan Nabi -shallallahu ’alaihi wa sallam- bersabda:

ﺭﺿﺎ ﺍﻟﻠﻪ ﻓﻲ ﺭﺿﺎ ﺍﻟﻮﺍﻟﺪﻳﻦ ﻭﺳﺨﻂ ﺍﻟﻠﻪ ﻓﻲ ﺳﺨﻂ ﺍﻟﻮﺍﻟﺪﻳﻦ

“Keridhaan Allah itu terletak pada keridhaan kedua orang tua, dan (sebaliknya) kemurkaaan
Allah (juga) terletak pada kemurkaan kedua orang tua. “Apalagi, kita juga nantinya akan
menjadi orang tua bagi anak- anak kita, bukankah ketika itu, kita juga ingin agar anak kita
berbakti pada kita, membahagiakan kita, dan tidak mendurhakai kita?! Jika kita
nantinya ingin seperti ini, maka hendaklah sekarang kita melakukannya untuk orang tua
kita, karena balasan sesuatu itu sesuai dengan amalan yang kita
lakukan. (fal jaza’u min jinsil amal)

Ketiga:
Islam sangatlah menghormati wanita, dan melindunginya dari egala sesuatu yang merugikan
dan membahayakannya. Oleh karena itulah, ia tidak boleh menikah kecuali dengan izin dari
walinya, sebagaimana sabda Nabi -shallallahu ’alaihi wa sallam-:
“Siapapun wanita yang menikah tanpa izin walinya, maka nikahnya batal (tidak sah). ”
Dan jika bapak anti masih ada, beliaulah yang harus menjadi wali. Maka bagaimana anti akan
menikah dengan sah, jika bapak anti tidak mengizinkannya?!

Keempat:
Keputusan menikah adalah keputusan yang sangat besar dalam perjalanan hidup anti, dan
konsekuensinya akan anti rasakan seumur hidup. Oleh karena itu, hendaklah ekstra hati-hati dalam
menghadapi masalah ini. Bertukar pendapatlah dengan orang yang paling berhak dijadikan rujukan,
yakni orang tua kita. Biasanya mereka lebih jernih dalam melihat
keadaan dari pada kita, karena mereka lebih pengalaman dalam mengarungi kehidupan, dan lebih
matang pikirannya. Tentunya keputusan yang diambil dari kesepakatan antara kita dengan
mereka, itu lebih baik dan lebih matang dari pada keputusan dari
satu pihak saja.
Ditambah lagi, jika kita menjalani suatu keputusan atas restu dari orang tua, tentunya mereka akan
selalu mendoakan kebaikan bagi kita, dan tidak diragukan lagi, doa mereka akan sangat mustajab
dan menjadikan hidup kita penuh berkah, tentram, dan bahagiadunia akhirat.

Kelima:
Cobalah membayangkan jika anti berada di posisi orang tua, mungkin anti juga akan mengambil langkah yang sama. Karena seringkali orang tua lebih
menghargai anaknya, dari pada kita sendiri. Oleh karena itu, mungkin orang tua merasa tidak
pantas anaknya mendapatkan orang yang kurang memenuhi standar dalam pandangannya.
Disinilah pentingnya komunikasi, tukar pendapat, dan saling memberi informasi.

Keenam:
Ingat pula sabda Nabi -shallallahu’ alaihi wa sallam- tentang pentingnya agama calon kita,
tentunya orang yang agamanya kuat, lebih kita dahulukan dari pada orang yang agamanya
lemah, karena orang yang agamanya kuat, akan lebih mengetahui hak dan
kewajibannya sebagai kepala rumah tangga.

Ketujuh:
Mungkin solusi berikut bisa menjadi pertimbangan anti:
* Adakan komunikasi yang lebih baik dan lebih terbuka dengan orang tua.
* Jelaskan alasan yang mendasari langkah anti, dan kelebihan yang ada pada pilihan anti.
* Jelaskan kerugian yang timbul, jika anti meninggalkan pilihan anti.

* Jika satu kesempatan tidak cukup, teruslah komunikasi dalam kesempatan-kesempatan lainnya.
* Mungkin orang tua ada pandangan lain, cobalah untuk menjajakinya
* Jangan lupa untuk selalu berdoa kepada Allah, terutama ketika sujud dalam sholat, dan
ketika sepertiga malam terakhir, agar dimudahkan urusan anti, dan diberikan solusi terbaik.

* Jangan lupa juga untuk sholat istikharah, dan memohon petunjuk Allah, apakah calon anti
itu baik bagi masa depan anti di dunia dan akhirat, atau tidak? …
Karena hanya Dia-lah yang maha mengetahui apa yang tersembunyi dari hambanya …
Petunjuk dari sholat istikharah, tidak harus berupa mimpi, tapi bisa juga dengan perasaan hati,
atau yang lainnya.

Pesan terakhir, ingatlah selalu dan jangan sampai lupa, bahwa langkah untuk menikah adalah
langkah besar dalam kehidupan kita. Oleh karena itu, jangan sampai kita melangkah, kecuali
semuanya sudah clear, serta orang tua setuju dan merestui langkah besar ini

Wallahi Taufiq WalHidayah ..Semoga bermanfaat ..Amiin Ya Rabb

Subhanaka Allahuma wabihmdika asyhadu ala ilaha illa anta astaghfiruka wa atubu ilaik

5 komentar:

  1. Terimaksih senyumannya namun itu mengandung banyak arti...sebenarnya itu artinya apa???^_^

    BalasHapus
  2. Artinya cuman pengen tersenyum sama yang punya blog ini.hehehehe (alasannya kagak mutu ya....)

    BalasHapus
  3. Terimakasih Mr.Hamster smilenya

    BalasHapus
  4. membaca ini mengingatkan q untuk menjaga diri. makasih jeng.. :-)

    BalasHapus