Assalamu"alaikum warahmatullahi Ta'alla wabarokatuh
Saat ini saya ingin berbicara kematian. Cukuplah kematian menjadi peringatan dan nasihat.
Cukuplah kematian menjadikan hati bersedih, menjadikan mata menangis, menjadi ajang
perpisahan dengan orang-orang yang dicintai dan menjadi pemutus segala kenikmatan dunia.
Ketika nafas mulai tersengal…
Ketika nyawa sedang meregang…
Ketika mata membelalak dan dahi berkeringat … Pintu taubat telah tertutup.
Engkau mulai memasuki gerbang kehidupan baru. Sementara istri,
anak dan keluarga serta kerabatmu menangis dan merintih disisimu, engkau sedang
dalam kesedihan yang mendalam, tidak ada seorang pun yang
mampu menyelamatkan dan menghindarkan dirimu dari jemputan Malaikat Maut. Kini, engkau saksikan dan rasakan sendiri peristiwa mengerikan itu, setelah sebelumnya engkau mereguk banyak kenikmatan dan kesenangan tanpa kenal rasa syukur. Telah datang ketentuan
Allah kepadamu, lalu nyawamu diangkat ke langit. Setelah itu, kebahagiaan atau
kesengsaraankah yang akan engkau dapat?
Ikhwah fillah, cukuplah kematian menjadi peringatan untuk kita bahwa dunia hanyalah
kebahagiaan semu dan tak berarti apa-apa. Tidakkah engkau dengar sebuah firman Rabbmu yang sanggup menggetarkan gunung,
ﻛﻞ ﻧﻔﺲ ﺫﺍ ﺋﻘﺔ ﺍﻟﻤﻮﺕ ﻭﺇﻧﻤﺎ ﺗﻮﻓﻮﻥ ﺃﺟﻮﺭﻛﻢ ﻳﻮﻡ ﺍﻟﻘﻴـﻤﺔ ﻓﻤﻦ ﺯﺣﺰﺡ ﻋﻦ ﺍﻟﻨـﺎﺭ
ﻭﺃﺩﺧﻞ ﺍﻟﺠﻨـﺔ ﻓﻘﺪ ﻓﺎﺯ ﻭﻣﺎ ﺍﻟﺤﻴﻮﺓ ﺍﻟﺪ ﻧﻴﺎ ﺇﻻ ﻣﺘﻊ ﺍﻟﻐﺮﻭﺭ
“Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Dan sesungguhnya pada hari kiamat sajalah disempurnakan pahalamu. Barang siapa dijauhkan dari Neraka dan dimasukkan ke dalam Surga maka sungguh ia telah beruntung. Kehidupan dunia itu tidak lain hanyalah kesenangan yang memperdayakan. ” (QS. ‘Ali Imran: 185)
Tidakkah ayat tersebut mengusik hati yang lama mati? Tidakkah ayat tersebut membuat telinga yang tuli menyimak kembali? Tidakkah ayat tersebut menjadi cambuk diri?
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
ﻟﻮ ﺗﻌﻠﻤﻮﻥ ﻣﻞ ﺃﻋﻠﻢ ﻟﻀﺤﻜﺘﻢ ﻗﻠﻴﻼ ﻭﻟﺒﻜﻴﺘﻢ ﻛﺜﺒﺮﺍ
“Seandainya kalian mengetahui
apa yang aku ketahui, niscaya kalian akan sedikit tertawa dan banyak menangis. ” (Muttafaq ‘alaih)
Seorang penyair berkata, Mereka katupkan kelopak mataku –setelah berputus asa-
lantas bergegas pergi membelikanku kafansalah seorang kerabatku berdiri dengan tergesa
pergi ke tukang memandikan mayat agar datang memandikanku salah seorang mendatangiku lalu
melucuti semua pakaianku dan menelanjangiku sendirian mengucurkan air dari atas kepalaku dan memandikanku tiga kali seraya meminta kafan kepada keluargaku
dan mereka mengenakanku baju tanpa lengan dan tanpa jahitan
hanya kamper sebagai bekalku mereka meletakkanku di dekat
mihrab lalu mundur di belakang imam menshalatiku lalu melepasku
mereka menshalati jasadku dengan shalat tanpa ruku ’ dan sujud
Semoga Allah merahmatiku…
Di hari kematianmu, keluarga dan kerabat mengangkat jasadmu di atas pundak, setelah sebelumnya
engkau menjadi orang yang mengangkat jasad orang lain.
Kala itu, apakah jasadmu ingin supaya mereka mempercepat
langkahnya, atau malah jasadmu bingung –hendak dibawa kemana jasadmu itu?
Kemudian, mereka memasukkanmu kedalam lubang
sempit dan gelap setinggi dua meter oleh orang-orang yang
paling engkau cintai dan keluarga yang paling dekat denganmu.
Mereka menutupimu dengan papan sehingga menghalangi
cahaya matahari yang hendak masuk ke dalam liang lahatmu.
Lalu, mereka menimbun jasadmu dengan tanah sampai tertutupi
kuburanmu. Salah seorang dari mereka berkata, “Mintakanlah
ampun untuk saudaramu, dan mintakanlah ketetapan iman
untuknya, karena sesungguhnya sekarang ia sedang ditanya. ”
Tidak berapa lama, mereka semua pergi meninggalkan tubuh
dingin dan kaku yang dulunya adalah dirimu yang rupawan.
Mereka meninggalkanmu dalam gelap dan dingin. Di sekelilingmu hanyalah tanah dan tanah. Lalu
dikembalikanlah ruhmu kepada jasadmu, dan datanglah dua
malaikat yang biru kehitam- hitaman untuk bertanya, “Siapa Tuhanmu? Apa agamamu? Siapa
Nabimu ?” Dengan apakah engkau akan menjawabnya..?
Jika ketika engkau mati, engkau telah bertaubat dan beriman, maka Allah akan meneguhkan
jawabanmu, dan engkau bisamengambil hadiahmu berupa
kebahagiaan di akhirat kelak, seperti disebutkan dalam firman- Nya,
ﻳﺜﺒﺖ ﺍﻟﻠﻪ ﺍﻟﺬ ﻳﻦ ﺀﺍﻣﻨﻮﺍ ﺑﺎﻟﻘﻮﻝ ﺍﻟﺜﺎﺑﺖ ﻓﻰ
ﺍﻟﺤﻴﻮﺓ ﺍﻟﺪﻧﻴﺎ ﻭﻓﻰ ﺍﻷﺧـﺮﺓ ﻭﻳﻀـﻞ ﺍﻟﻠﻪ
ﺍﻟﻈـﻠﻤﻴﻦ ﻭﻳﻔﻌﻞ ﺍﻟﻠﻪ ﻣﺎ ﻳﺸﺎﺀ
“Allah meneguhkan (iman) orang-orang yang beriman dengan ucapan yang teguh itu
dalam kehidupan di dunia dan akhirat, dan Allah menyesatkan orang-orang yang zhalim dan
memperbuat apa yang dikehendaki-Nya.” (QS. Ibrahim: 27)
Namun, bagaimana jika ketika engkau meninggal, engkau belum sempat bertaubat? Engkau tidak akan tahu jawaban atas pertanyaan itu. Engkau hanya akan berkata, “Hah… hah… aku tidak tahu!” Kemudian terdengarlah seruan, “Bohong!
Baringkan ia di Neraka, dan bukakan pintu Neraka untuknya!”
Maka engkau akan merasakan panasnya Neraka, kuburanmu akan menghimpit dan meremukkan seluruh tulang belulangmu. Kemudian datanglah kepadamu seseorang yang berwajah amat buruk, berbau busuk dan berbaju lusuh, ia berkata, “Aku datang kepadamu
membawa berita buruk. Inilah hari yang dijanjikan kepadamu.”
Maka bertanyalah dirimu tentang dirinya, maka dia menjawab, “Aku adalah amal burukmu.”
Kemudian menjadilah dirimu buta, bisu dan tuli, dan tanganmu memegang sebatang besi yang
apabila sebuah gunung dipukul dengan besi tersebut maka
hancurlah dia hingga menjadi debu. Begitupula dirimu, ketika
palu besi itu mengenai dirimu maka rasa sakit yang tiada
tertahankan akan membuatmu menjerit hingga lengkingannya
terdengar oleh seluruh makhluk, kecuali jin dan manusia. Dan tidak
ada yang engkau harapkan setelah itu, melainkan agar Allah tidak menyegerakan Hari Perhitungan.
Wahai saudaraku… setiap hela nafasmu menjadi langkah maju menuju kematian. Maka
janganlah menunggu ‘nanti’ untuk bertaubat, tapi bersegeralah, karena engkau
tidak pernah tahu sudah sedekat apa kematian itu dengan dirimu
Subhanaka Allahuma wabihamdihi Asyhadu Alla Illa Anta Astaqfiruka Wa Atubu Ilaik
Saat ini saya ingin berbicara kematian. Cukuplah kematian menjadi peringatan dan nasihat.
Cukuplah kematian menjadikan hati bersedih, menjadikan mata menangis, menjadi ajang
perpisahan dengan orang-orang yang dicintai dan menjadi pemutus segala kenikmatan dunia.
Ketika nafas mulai tersengal…
Ketika nyawa sedang meregang…
Ketika mata membelalak dan dahi berkeringat … Pintu taubat telah tertutup.
Engkau mulai memasuki gerbang kehidupan baru. Sementara istri,
anak dan keluarga serta kerabatmu menangis dan merintih disisimu, engkau sedang
dalam kesedihan yang mendalam, tidak ada seorang pun yang
mampu menyelamatkan dan menghindarkan dirimu dari jemputan Malaikat Maut. Kini, engkau saksikan dan rasakan sendiri peristiwa mengerikan itu, setelah sebelumnya engkau mereguk banyak kenikmatan dan kesenangan tanpa kenal rasa syukur. Telah datang ketentuan
Allah kepadamu, lalu nyawamu diangkat ke langit. Setelah itu, kebahagiaan atau
kesengsaraankah yang akan engkau dapat?
Ikhwah fillah, cukuplah kematian menjadi peringatan untuk kita bahwa dunia hanyalah
kebahagiaan semu dan tak berarti apa-apa. Tidakkah engkau dengar sebuah firman Rabbmu yang sanggup menggetarkan gunung,
ﻛﻞ ﻧﻔﺲ ﺫﺍ ﺋﻘﺔ ﺍﻟﻤﻮﺕ ﻭﺇﻧﻤﺎ ﺗﻮﻓﻮﻥ ﺃﺟﻮﺭﻛﻢ ﻳﻮﻡ ﺍﻟﻘﻴـﻤﺔ ﻓﻤﻦ ﺯﺣﺰﺡ ﻋﻦ ﺍﻟﻨـﺎﺭ
ﻭﺃﺩﺧﻞ ﺍﻟﺠﻨـﺔ ﻓﻘﺪ ﻓﺎﺯ ﻭﻣﺎ ﺍﻟﺤﻴﻮﺓ ﺍﻟﺪ ﻧﻴﺎ ﺇﻻ ﻣﺘﻊ ﺍﻟﻐﺮﻭﺭ
“Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Dan sesungguhnya pada hari kiamat sajalah disempurnakan pahalamu. Barang siapa dijauhkan dari Neraka dan dimasukkan ke dalam Surga maka sungguh ia telah beruntung. Kehidupan dunia itu tidak lain hanyalah kesenangan yang memperdayakan. ” (QS. ‘Ali Imran: 185)
Tidakkah ayat tersebut mengusik hati yang lama mati? Tidakkah ayat tersebut membuat telinga yang tuli menyimak kembali? Tidakkah ayat tersebut menjadi cambuk diri?
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
ﻟﻮ ﺗﻌﻠﻤﻮﻥ ﻣﻞ ﺃﻋﻠﻢ ﻟﻀﺤﻜﺘﻢ ﻗﻠﻴﻼ ﻭﻟﺒﻜﻴﺘﻢ ﻛﺜﺒﺮﺍ
“Seandainya kalian mengetahui
apa yang aku ketahui, niscaya kalian akan sedikit tertawa dan banyak menangis. ” (Muttafaq ‘alaih)
Seorang penyair berkata, Mereka katupkan kelopak mataku –setelah berputus asa-
lantas bergegas pergi membelikanku kafansalah seorang kerabatku berdiri dengan tergesa
pergi ke tukang memandikan mayat agar datang memandikanku salah seorang mendatangiku lalu
melucuti semua pakaianku dan menelanjangiku sendirian mengucurkan air dari atas kepalaku dan memandikanku tiga kali seraya meminta kafan kepada keluargaku
dan mereka mengenakanku baju tanpa lengan dan tanpa jahitan
hanya kamper sebagai bekalku mereka meletakkanku di dekat
mihrab lalu mundur di belakang imam menshalatiku lalu melepasku
mereka menshalati jasadku dengan shalat tanpa ruku ’ dan sujud
Semoga Allah merahmatiku…
Di hari kematianmu, keluarga dan kerabat mengangkat jasadmu di atas pundak, setelah sebelumnya
engkau menjadi orang yang mengangkat jasad orang lain.
Kala itu, apakah jasadmu ingin supaya mereka mempercepat
langkahnya, atau malah jasadmu bingung –hendak dibawa kemana jasadmu itu?
Kemudian, mereka memasukkanmu kedalam lubang
sempit dan gelap setinggi dua meter oleh orang-orang yang
paling engkau cintai dan keluarga yang paling dekat denganmu.
Mereka menutupimu dengan papan sehingga menghalangi
cahaya matahari yang hendak masuk ke dalam liang lahatmu.
Lalu, mereka menimbun jasadmu dengan tanah sampai tertutupi
kuburanmu. Salah seorang dari mereka berkata, “Mintakanlah
ampun untuk saudaramu, dan mintakanlah ketetapan iman
untuknya, karena sesungguhnya sekarang ia sedang ditanya. ”
Tidak berapa lama, mereka semua pergi meninggalkan tubuh
dingin dan kaku yang dulunya adalah dirimu yang rupawan.
Mereka meninggalkanmu dalam gelap dan dingin. Di sekelilingmu hanyalah tanah dan tanah. Lalu
dikembalikanlah ruhmu kepada jasadmu, dan datanglah dua
malaikat yang biru kehitam- hitaman untuk bertanya, “Siapa Tuhanmu? Apa agamamu? Siapa
Nabimu ?” Dengan apakah engkau akan menjawabnya..?
Jika ketika engkau mati, engkau telah bertaubat dan beriman, maka Allah akan meneguhkan
jawabanmu, dan engkau bisamengambil hadiahmu berupa
kebahagiaan di akhirat kelak, seperti disebutkan dalam firman- Nya,
ﻳﺜﺒﺖ ﺍﻟﻠﻪ ﺍﻟﺬ ﻳﻦ ﺀﺍﻣﻨﻮﺍ ﺑﺎﻟﻘﻮﻝ ﺍﻟﺜﺎﺑﺖ ﻓﻰ
ﺍﻟﺤﻴﻮﺓ ﺍﻟﺪﻧﻴﺎ ﻭﻓﻰ ﺍﻷﺧـﺮﺓ ﻭﻳﻀـﻞ ﺍﻟﻠﻪ
ﺍﻟﻈـﻠﻤﻴﻦ ﻭﻳﻔﻌﻞ ﺍﻟﻠﻪ ﻣﺎ ﻳﺸﺎﺀ
“Allah meneguhkan (iman) orang-orang yang beriman dengan ucapan yang teguh itu
dalam kehidupan di dunia dan akhirat, dan Allah menyesatkan orang-orang yang zhalim dan
memperbuat apa yang dikehendaki-Nya.” (QS. Ibrahim: 27)
Namun, bagaimana jika ketika engkau meninggal, engkau belum sempat bertaubat? Engkau tidak akan tahu jawaban atas pertanyaan itu. Engkau hanya akan berkata, “Hah… hah… aku tidak tahu!” Kemudian terdengarlah seruan, “Bohong!
Baringkan ia di Neraka, dan bukakan pintu Neraka untuknya!”
Maka engkau akan merasakan panasnya Neraka, kuburanmu akan menghimpit dan meremukkan seluruh tulang belulangmu. Kemudian datanglah kepadamu seseorang yang berwajah amat buruk, berbau busuk dan berbaju lusuh, ia berkata, “Aku datang kepadamu
membawa berita buruk. Inilah hari yang dijanjikan kepadamu.”
Maka bertanyalah dirimu tentang dirinya, maka dia menjawab, “Aku adalah amal burukmu.”
Kemudian menjadilah dirimu buta, bisu dan tuli, dan tanganmu memegang sebatang besi yang
apabila sebuah gunung dipukul dengan besi tersebut maka
hancurlah dia hingga menjadi debu. Begitupula dirimu, ketika
palu besi itu mengenai dirimu maka rasa sakit yang tiada
tertahankan akan membuatmu menjerit hingga lengkingannya
terdengar oleh seluruh makhluk, kecuali jin dan manusia. Dan tidak
ada yang engkau harapkan setelah itu, melainkan agar Allah tidak menyegerakan Hari Perhitungan.
Wahai saudaraku… setiap hela nafasmu menjadi langkah maju menuju kematian. Maka
janganlah menunggu ‘nanti’ untuk bertaubat, tapi bersegeralah, karena engkau
tidak pernah tahu sudah sedekat apa kematian itu dengan dirimu
Subhanaka Allahuma wabihamdihi Asyhadu Alla Illa Anta Astaqfiruka Wa Atubu Ilaik
Tidak ada komentar:
Posting Komentar