Sabtu, 25 Juni 2011

*¨)♥Terimalah Dia Apa Adanya Dengan Kekurangannya¸.·*¨)♥

Jika kamu memancing ikan
Setelah ikan itu terlekat di mata kail
Hendaklah kamu mengambil ikan itu
Janganlah sesekali kamu LEPASKAN ia semula kedalam air begitu sahaja
Kerana ia akan SAKIT oleh kerana bisanya ketajaman mata kail kamu & mungkin ia akan MENDERITA
selagi ia masih hidup…

Begitulah juga setelah kamu memberi banyak PENGHARAPAN kepada seseorang
Setelah dia mulai MENYAYANGI kamu
Hendaklah kamu MENJAGA hatinya
Janganlah sesekali kamu terus MENINGGALKANNYA begitu sahaja
Kerana dia akan TERLUKA oleh kenangan bersamamu
Dan mungkin TIDAK dapat MELUPAKAN segalanya selagi dia masih mengingati kamu…

Jika kamu MENADAH air biarlah berpada
Jangan terlalu berharap pada takungannya dan menganggap ia begitu teguh

Cukuplah sekadar untuk KEPERLUANMU sahaja
Kerana apabila ia mulai RETAK
tidak sukar untuk kamu menampal dan memperbaikinya semula
Dan bukannya terus dibuang begitu sahaja…

Begitulah juga jika kamu sedang memiliki seseorang….TERIMALAH dia seadanya
Janganlah kamu terlalu mengaguminya dan mengganggapkan dia begitu istimewa

Anggaplah dia manusia biasa
Kerana apabila dia melakukan KESILAPAN, tidaklah sukar untuk kamu MEMAAFKANNYA dan MEMBOLEHKAN hubungan kamu akan TERUS hingga ke akhir hayat

Dan bukannya MENGHUKUMNYA dan MENINGGALKAN dia begitu sahaja kerana kamu merasa terlalu kecewa dengan sikapnya
Lalu semuanya akan menjadi TERHENTI begitu sahaja…

Jika kamu MEMILIKI sepinggan nasi
Yang kamu pasti baik untuk diri kamu
Yang MENGENYANGKAN dan BERKHASIAT

Mengapa kamu berlengah lagi?
Cuba mencari makanan yang lain?
Kerana terlalu ingin mengejar KELAZATAN

Kelak, nasi itu akan BASI dan kamu sudah tidak boleh menikmatinya lagi
Kamu akan MENYESAL

Begitulah juga jika kamu telah bertemu dengan seorang INSAN

Yang kamu pasti boleh membawa KEBAIKAN kepada dirimu

MENYAYANGIMU…. MENGASIHIMU…. dan MENCINTAIMU….
Mengapa kamu berlengah lagi? Dengan cuba MEMBANDINGKANNYA dengan yang lain?

Terlalu mengejar KESEMPURNAAN?
Kelak, dia akan BERJAUH HATI dan kamu akan KEHILANGANNYA apabila dia menjadi milik orang lain

Kamu juga yangg akan MENYESAL dan tidak ada gunanya lagi

Oleh itu janganlah kita terlalu mengejar KESEMPURNAAN
Kerana ia bukanlah faktor utama KEBAHAGIAAN yang sempurna,
Sedangkan jika kita boleh memaafkan KESILAPAN orang yang kita sayang
Dan akur dengan KELEMAHANNYA sebagai manusia biasa serta BERSYUKUR dengan apa yang kita sudah MILIKI

Kita akan BAHAGIA, BAHAGIA dan terus BAHAGIA… itu lebih BERMAKNA !

“Begitu hidup ini tiada yang abadi
Yang patah akan tumbuh yang hilang akan berganti,
Namun yang berganti tidak mungkin sama seperti yang telah pergi”
*♥*•*´¨`*•.*♥*.•*´¨`*•. ♥♥~*♥**♥*~♥♥ .•*´¨`*•.*♥*.•*´¨`*•*♥*
(¯`v´¯) ♥♥♥•♥•♥
`·.¸.·´ ♥♥.........¸.·´
Semoga bermanfaat Insya Allah...

Kamis, 23 Juni 2011

=o))HINDARILAH SIFAT SOMBONG((o=

BISMILLAHIRROHMANIRROHIM

Satu sifat yang paling dibenci oleh Allah SWT adalah sombong. Sombong adalah menganggap dirinya besar dan memandang orang lain hina/rendah.

Allah melarang kita untuk sombong:

”Dan janganlah kamu berjalan di muka bumi ini dengan sombong, karena sesungguhnya kamu sekali-kali tidak dapat menembus bumi dan sekali-kali kamu tidak akan sampai setinggi gunung.” [Al Israa’:37]

Allah benci dengan orang-orang yang sombong:

”Dan janganlah kamu memalingkan mukamu dari manusia (karena sombong) dan janganlah kamu berjalan di muka bumi dengan angkuh. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong lagi membanggakan diri.” [Luqman:18]

Nabi berkata bahwa orang yang sombong meski hanya sedikit saja niscaya tidak akan masuk surga:

Dari Ibn Mas’ud, dari Rasulullah Saw, beliau bersabda: “Tidak akan masuk sorga, seseorang yang di dalam hatinya ada sebijih atom dari sifat sombong”. Seorang sahabat bertanya kepada Nabi Saw: “Sesungguhnya seseorang menyukai kalau pakainnya itu indah atau sandalnya juga baik”. Rasulullah Saw bersabda: “Sesungguhnya Allah Swt adalah Maha Indah dan menyukai keindahan. Sifat sombong adalah mengabaikan kebenaran dan memandang rendah manusia yang lain” [HR Muslim]

Nabi juga berkata bahwa orang yang sombong niscaya akan disiksa oleh Allah di akhirat nanti:

Dari al-Aghar dari Abu Hurarirah dan Abu Sa’id, Rasulullah Saw bersabda: “Allah Swt berfirman; Kemuliaan adalah pakaian-Ku, sedangkan sombong adalah selendang-Ku. Barang siapa yang melepaskan keduanya dari-Ku, maka Aku akan menyiksanya”. [HR Muslim]

(Dikatakan kepada mereka): “Masuklah kamu ke pintu-pintu neraka Jahannam, sedang kamu kekal di dalamnya. Maka itulah seburuk-buruk tempat bagi orang-orang yang sombong .” [Al Mu’min:76]

Abi Salamah meriwayatkan bahwa Abdullah bin Amr bertemu dengan Ibn Umar di Marwah. Keduanya kemudian turun dan berbicara satu sama lain. Selanjutnya Abdullah bin Amr berlalu dan Ibn Umar duduk sambil menangis tersedu-sedu. Ketika ditanya tentang apa yang membuatnya menangis, beliau menjawab: “Laki-laki ini (yakni Abdullah bin Amr) telah mengaku bahwa dia mendengar Rasulullah Saw bersabda: “Barang siapa yang di dalam hatinya ada sebijih atom dari sifat sombong, maka Allah Swt akan menimpakan api neraka ke arah wajahnya” Baihaqi

Dari hadits di atas cukuplah bagi kita untuk menyadari bahwa sifat sombong sangat berbahaya bagi kita.

Imam Ghazali dalam kitabnya, ”Ihya’ ’Uluumuddiin” menulis bagaimana mungkin manusia bisa bersifat sombong sementara dalam dirinya terdapat 1-2 kilogram kotoran yang bau?


Terkadang orang sombong karena kekayaannya. Siapa orang terkaya di dunia? Qarun dulu sangat kaya. Perlu 7 orang yang sangat kuat hanya untuk mengangkat ”KUNCI-KUNCI” gudang kekayaannya yang berisi emas permata.

Namun yang patut diingat, ketika orang yang disebut kaya itu lahir mereka tidak memiliki apa-apa. Ketika mati juga tidak membawa apa-apa kecuali kain yang melekat di badan. Pada saat mati tidaklah berguna segala harta dan apa yang telah mereka kerjakan.

”Tidaklah berguna baginya harta bendanya dan apa yang ia usahakan.” [Al Lahab:2]

Sebagaimana Qarun, harta yang kita miliki tak lain milik Allah yang dititipkan kepada kita. Ketika kita mati kita akan berpisah dengan ”harta” kita.

”Kepunyaan Allah-lah kerajaan langit dan bumi dan apa yang ada di dalamnya; dan Dia Maha Kuasa atas segala sesuatu.” [Al Maa-idah:120]

Sering orang sombong karena kekuasaan atau jabatan. Padahal kekuasaan dan jabatan juga tidak kekal. Ketika mati, maka kekuasaan pun hilang. Kita diganti dengan yang lain.



”Katakanlah: “Wahai Tuhan Yang mempunyai kerajaan, Engkau berikan kerajaan kepada orang yang Engkau kehendaki dan Engkau cabut kerajaan dari orang yang Engkau kehendaki. Engkau muliakan orang yang Engkau kehendaki dan Engkau hinakan orang yang Engkau kehendaki. Di tangan Engkaulah segala kebajikan. Sesungguhnya Engkau Maha Kuasa atas segala sesuatu.” [Ali ’Imran:26]

Fir’aun raja Mesir yang sombong saat ini telah menjadi mayat yang tidak berdaya. Alexander the Great atau Iskandar Agung yang kerajaannya meliputi sebagian Afrika, Eropa, dan Asia saat ini tinggal tulang-belulang belaka. Hitler yang dulu ditakuti juga telah tiada begitu pula dengan musuh-musuhnya.

Hanya Allah Maha Perkasa yang tetap kekal dan hidup abadi selama-lamanya. Lalu apa yang membuat manusia pantas untuk merasa sombong?

Ada juga orang yang sombong karena wajahnya yang cantik dan rupawan. Padahal ketika tua, maka mukanya akan jelek dan keriput. Ketika sudah dikubur, maka wajahnya hanya akan tinggal tulang tengkorak belaka. Pantaskah manusia untuk bersikap sombong?

Ada lagi yang sombong karena kekuatannya atau badannya yang kekar. Kita saksikan Samson yang dulu sanggup mengalahkan singa dengan tangan kosong kini sudah terbujur dalam tanah. Muhammad Ali yang dulu sering membanggakan diri sebagai yang terbesar (I am the Greatest) kini lemah terkena penyakit parkinson. Begitu tua orang sekuat apa pun akan jadi lemah. Begitu mati dia sama sekali tidak berdaya.

Allah mengingatkan bahwa manusia diciptakan dari air mani yang tidak berharga. Pantaskah manusia bersikap sombong?

”Dan apakah manusia tidak memperhatikan bahwa Kami menciptakannya dari setitik air mani, maka tiba-tiba ia menjadi penantang yang nyata!” [Yaa Siin:77]

Dari tulisan di atas jelas bahwa tidak ada alasan bagi manusia untuk bersikap sombong. Ancaman neraka bagi orang yang sombong meski hanya sekecil atom hendaknya membuat kita jadi orang yang rendah hati.
aamiin

Selasa, 21 Juni 2011

* *Ketika Orang Tua Tak Merestui Calon Kita**

بِسْــــــــــــــــــمِ اﷲِارَّحْمَنِ ارَّحِيم


لسَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ

ikhwah… Perlu kita ingat kembali bahwa hukum wanita menjalin
hubungan dengan laki-laki yang bukan mahram (pacaran) adalah
haram, sebagaimana ditegaskan oleh para ulama. Allah Ta ’ala
berfirman: “Dan janganlah kalian mendekati zina, karena ia merupakan suatu
perbuatan keji, dan suatu jalan yang buruk. ” (Qs. Al-Isra’: 32)

Ayat ini melarang dan mengharamkan kita untuk mendekati zina, apapun
bentuknya. Dan diantara bentuk perbuatan mendekati zina adalah pacaran.
Ingat pula sabda Nabi - shallallahu ’alaihi wa sallam-: “Sesungguhnya Allah mentakdirkan untuk anak adam, bagian zina yang ia pasti akan melakukannya. Maka zinanya mata adalah melihat, zinanya lisan adalah dengan bertutur kata, dan hatinya berangan- angan dan menyenangi sesuatu.
          Sedang kemaluannya, bisa jadi ia menuruti semua itu, dan bisa juga
ia tidak menurutinya. ” (HR. Bukhari no.6243, Muslim no.2657)

“Andai saja kepala salah seorang dari kalian ditusuk dengan penusuk dari besi, itu lebih baik
bagi dia, daripada memegang wanita yang tidak halal baginya. ” (HR. Thabarani, dan di-
shahih-kan oleh Albani dalam Silsilah Shahihah, hadits no: 226)

Dan Islam tidak melarang sesuatu, kecuali karena adanya banyak mafsadah di dalamnya,
atau mafsadah-nya lebih besar dari pada manfaatnya. Baik mafsadah itu kita rasakan
langsung atau tidak. Oleh karena itu, mohonlah ampun kepada Allah dan bertaubatlah, karena Rasul -
shallallahu ’alaihi wa sallam- juga bersabda:
“ Setiap anak adam itu banyak salahnya, dan sebaik-baik orang yang banyak salahnya itu mereka
yang banyak taubatnya. ” (HR. Tirmidzi: 2499, dan di-hasan-kan oleh Al Albani)

Kedua:
Jangan kita lupakan pula, bahwa kita terlahir di dunia, -dari bayi yang tidak tahu apa-apa, hingga
dewasa sehingga kaya ilmu-, adalah atas jasa orang tua kita. Oleh karena itulah Islam sangat
menekankan masalah berbakti kepada orang tua, membahagiakan mereka, dan idak durhaka pada mereka. Bahkan Nabi -shallallahu ’alaihi wa sallam- bersabda:

ﺭﺿﺎ ﺍﻟﻠﻪ ﻓﻲ ﺭﺿﺎ ﺍﻟﻮﺍﻟﺪﻳﻦ ﻭﺳﺨﻂ ﺍﻟﻠﻪ ﻓﻲ ﺳﺨﻂ ﺍﻟﻮﺍﻟﺪﻳﻦ

“Keridhaan Allah itu terletak pada keridhaan kedua orang tua, dan (sebaliknya) kemurkaaan
Allah (juga) terletak pada kemurkaan kedua orang tua. “Apalagi, kita juga nantinya akan
menjadi orang tua bagi anak- anak kita, bukankah ketika itu, kita juga ingin agar anak kita
berbakti pada kita, membahagiakan kita, dan tidak mendurhakai kita?! Jika kita
nantinya ingin seperti ini, maka hendaklah sekarang kita melakukannya untuk orang tua
kita, karena balasan sesuatu itu sesuai dengan amalan yang kita
lakukan. (fal jaza’u min jinsil amal)

Ketiga:
Islam sangatlah menghormati wanita, dan melindunginya dari egala sesuatu yang merugikan
dan membahayakannya. Oleh karena itulah, ia tidak boleh menikah kecuali dengan izin dari
walinya, sebagaimana sabda Nabi -shallallahu ’alaihi wa sallam-:
“Siapapun wanita yang menikah tanpa izin walinya, maka nikahnya batal (tidak sah). ”
Dan jika bapak anti masih ada, beliaulah yang harus menjadi wali. Maka bagaimana anti akan
menikah dengan sah, jika bapak anti tidak mengizinkannya?!

Keempat:
Keputusan menikah adalah keputusan yang sangat besar dalam perjalanan hidup anti, dan
konsekuensinya akan anti rasakan seumur hidup. Oleh karena itu, hendaklah ekstra hati-hati dalam
menghadapi masalah ini. Bertukar pendapatlah dengan orang yang paling berhak dijadikan rujukan,
yakni orang tua kita. Biasanya mereka lebih jernih dalam melihat
keadaan dari pada kita, karena mereka lebih pengalaman dalam mengarungi kehidupan, dan lebih
matang pikirannya. Tentunya keputusan yang diambil dari kesepakatan antara kita dengan
mereka, itu lebih baik dan lebih matang dari pada keputusan dari
satu pihak saja.
Ditambah lagi, jika kita menjalani suatu keputusan atas restu dari orang tua, tentunya mereka akan
selalu mendoakan kebaikan bagi kita, dan tidak diragukan lagi, doa mereka akan sangat mustajab
dan menjadikan hidup kita penuh berkah, tentram, dan bahagiadunia akhirat.

Kelima:
Cobalah membayangkan jika anti berada di posisi orang tua, mungkin anti juga akan mengambil langkah yang sama. Karena seringkali orang tua lebih
menghargai anaknya, dari pada kita sendiri. Oleh karena itu, mungkin orang tua merasa tidak
pantas anaknya mendapatkan orang yang kurang memenuhi standar dalam pandangannya.
Disinilah pentingnya komunikasi, tukar pendapat, dan saling memberi informasi.

Keenam:
Ingat pula sabda Nabi -shallallahu’ alaihi wa sallam- tentang pentingnya agama calon kita,
tentunya orang yang agamanya kuat, lebih kita dahulukan dari pada orang yang agamanya
lemah, karena orang yang agamanya kuat, akan lebih mengetahui hak dan
kewajibannya sebagai kepala rumah tangga.

Ketujuh:
Mungkin solusi berikut bisa menjadi pertimbangan anti:
* Adakan komunikasi yang lebih baik dan lebih terbuka dengan orang tua.
* Jelaskan alasan yang mendasari langkah anti, dan kelebihan yang ada pada pilihan anti.
* Jelaskan kerugian yang timbul, jika anti meninggalkan pilihan anti.

* Jika satu kesempatan tidak cukup, teruslah komunikasi dalam kesempatan-kesempatan lainnya.
* Mungkin orang tua ada pandangan lain, cobalah untuk menjajakinya
* Jangan lupa untuk selalu berdoa kepada Allah, terutama ketika sujud dalam sholat, dan
ketika sepertiga malam terakhir, agar dimudahkan urusan anti, dan diberikan solusi terbaik.

* Jangan lupa juga untuk sholat istikharah, dan memohon petunjuk Allah, apakah calon anti
itu baik bagi masa depan anti di dunia dan akhirat, atau tidak? …
Karena hanya Dia-lah yang maha mengetahui apa yang tersembunyi dari hambanya …
Petunjuk dari sholat istikharah, tidak harus berupa mimpi, tapi bisa juga dengan perasaan hati,
atau yang lainnya.

Pesan terakhir, ingatlah selalu dan jangan sampai lupa, bahwa langkah untuk menikah adalah
langkah besar dalam kehidupan kita. Oleh karena itu, jangan sampai kita melangkah, kecuali
semuanya sudah clear, serta orang tua setuju dan merestui langkah besar ini

Wallahi Taufiq WalHidayah ..Semoga bermanfaat ..Amiin Ya Rabb

Subhanaka Allahuma wabihmdika asyhadu ala ilaha illa anta astaghfiruka wa atubu ilaik

Minggu, 19 Juni 2011

~~Janganlah Suka Ingkar Janji~~

Assalamu'alaikum warahmatullahi Ta'alla Wabarokatuh


Janji memang ringan diucapkan namun berat untuk ditunaikan.manusia dalam hidup ini pasti ada keterikatan dan pergaulan dengan orang lain. Maka setiap kali seorang itu mulia dalam hubungannya dengan manusia dan terpercaya dalam pergaulannya bersama mereka, maka akan menjadi tinggi kedudukannya dan akan meraih kebahagiaan dunia dan akhirat. Sementara seseorang tidak akan bisa meraih predikat orang yang baik dan mulia pergaulannya, kecuali jika ia menghiasi dirinya dengan akhlak-akhlak yang terpuji. Dan di antara akhlak terpuji yang terdepan adalah menepati janji.

Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

“Dan tepatilah perjanjian dengan Allah apabila kamu berjanji dan janganlah kamu membatalkan sumpah-sumpah itu sesudah meneguhkannya….” (An-Nahl: 91)

“Dan penuhilah janji, sesungguhnya janji itu pasti dimintai pertanggungjawabannya.” (Al-Isra`: 34)

Demikianlah perintah Allah Subhanahu wa Ta’ala kepada hamba-hamba-Nya yang beriman untuk senantiasa menjaga, memelihara, dan melaksanakan janjinya. Hal ini mencakup janji seorang hamba kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala, janji hamba dengan hamba, dan janji atas dirinya sendiri seperti nadzar. Masuk pula dalam hal ini apa yang telah dijadikan sebagai persyaratan dalam akad pernikahan, akad jual beli, perdamaian, gencatan senjata,.

Adapun Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam, beliau memperoleh bagian yang besar dalam permasalahan ini. Sebelum diutus oleh Allah, beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam telah dijuluki sebagai seorang yang jujur lagi terpercaya. Maka tatkala beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam diangkat menjadi rasul, tidaklah perangai yang mulia ini kecuali semakin sempurna pada dirinya. Sehingga orang-orang kafir pun mengaguminya, terlebih mereka yang mengikuti dan beriman kepadanya.

Dahulu ada seorang shahabat Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bernama Anas bin An-Nadhr radhiyallahu ‘anhu. Dia amat menyesal karena tidak ikut perang Badr bersama Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Dia berjanji jika Allah Subhanahu wa Ta’ala memperlihatkan kepadanya medan pertempuran bersama Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam, niscaya Allah Subhanahu wa Ta’ala akan melihat pengorbanan yang dilakukannya.

“Di antara orang-orang mukmin itu ada orang-orang yang menepati apa yang telah mereka janjikan kepada Allah; maka di antara mereka ada yang gugur. Dan di antara mereka ada (pula) yang menunggu-nunggu dan mereka sedikitpun tidak mengubah (janjinya).” (Al-Ahzab: 23)


Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

“Kalian menyembah Allah dan tidak mempersekutukan-Nya sedikitpun, kalian menegakkan shalat lima waktu, mendengar dan taat (kepada penguasa) –dan Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam mengucapkan kalimat yang samar– (lalu berkata), dan kalian tidak meminta sesuatu pun kepada manusia.”

‘Auf bin Malik radhiyallahu ‘anhu berkata: “Sungguh aku melihat cambuk sebagian orang-orang itu jatuh namun mereka tidak meminta kepada seorang pun untuk mengambilkannya.” (Shahih Sunan Ibnu Majah no. 2334)

Seperti itulah besarnya permasalahan menepati janji di mata generasi terbaik umat ini. Karena mereka yakin bahwa janji itu akan dimintai pertanggungjawabannya di sisi Allah Subhanahu wa Ta’ala. Dan tiada kalimat yang terucap kecuali di sisinya ada malaikat pencatat. Intinya, keimanan yang benar itulah yang akan mewariskan segala tingkah laku dan perangai terpuji.

Hal ini sangat berbeda dengan orang yang hanya bisa memberi janji-janji manis yang tidak pernah ada kenyataannya. Tidakkah mereka takut kepada adzab Allah Subhanahu wa Ta’ala karena ingkar janji? Tidakkah mereka tahu bahwa ingkar janji adalah akhlak Iblis dan para munafikin? Ya. Seruan ini mungkin bisa didengar, tetapi bagaimana bisa mendengar orang yang telah mati hatinya dan dikuasai oleh setannya.

Semenjak Allah Subhanahu wa Ta’ala menciptakan Adam ‘alaihissalam dan memuliakannya di hadapan para malaikat, muncullah kedengkian dan menyalalah api permusuhan pada diri Iblis. Terlebih lagi ketika Allah Subhanahu wa Ta’ala mengutuknya dan mengusirnya dari surga. Iblis berikrar akan menyesatkan manusia dengan mendatangi mereka dari berbagai arah sehingga dia mendapat teman yang banyak di neraka nanti. Berbagai cara licik dilakukan oleh Iblis. Di antaranya dengan membisikkan pada hati manusia janji-janji palsu dan angan-angan yang hampa.

“Dan ketika setan menjadikan mereka memandang baik pekerjaan mereka dan mengatakan: ‘Tidak ada seorang manusia pun yang bisa menang atas kalian pada hari ini, dan sesungguhnya saya ini adalah pelindungmu.’ Maka tatkala kedua pasukan itu telah dapat saling melihat (berhadapan), setan itu berbalik ke belakang seraya berkata: ‘Sesungguhnya aku berlepas diri dari kalian; sesungguhnya aku melihat apa yang kalian tidak melihatnya; sesungguhnya aku takut kepada Allah.’ Dan Allah sangat keras siksa-Nya.” (Al-Anfal: 48)

Menepati janji adalah bagian dari iman. Barangsiapa yang tidak menjaga perjanjiannya maka tidak ada agama baginya. Maka seperti itu pula ingkar janji, termasuk tanda kemunafikan dan bukti atas adanya makar yang jelek serta rusaknya hati.

“Tanda-tanda munafik ada tiga; apabila berbicara dusta, apabila berjanji mengingkari, dan apabila dipercaya khianat.” (HR. Muslim, Kitabul Iman, Bab Khishalul Munafiq no. 107 dari jalan Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu)

Seorang mukmin tampil beda dengan munafik. Apabila dia berbicara, jujur ucapannya. Bila telah berjanji ia menepatinya, dan jika dipercaya untuk menjaga ucapan, harta, dan hak, maka ia menjaganya. Sesungguhnya menepati janji adalah barometer yang dengannya diketahui orang yang baik dari yang jelek, dan orang yang mulia dari yang rendahan. (Lihat Khuthab Mukhtarah, hal. 382-383)

Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

“Kecuali orang-orang musyrikin yang kamu telah mengadakan perjanjian (dengan mereka) dan mereka tidak mengurangi sesuatu pun (dari isi perjanjian)mu dan tidak (pula) mereka membantu seseorang yang memusuhi kamu, maka terhadap mereka penuhilah janjinya sampai batas waktunya. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertakwa.” (At-Taubah: 4)

“Dan kaum muslimin (harus menjaga) atas persyaratan/perjanjian mereka, kecuali persyaratan yang mengharamkan yang dihalalkan atau menghalalkan yang haram.” (Shahih Sunan At-Tirmidzi no. 1352, lihat Irwa`ul Ghalil no. 1303)

“Syarat/janji yang paling berhak untuk ditepati adalah syarat yang kalian halalkan dengannya kemaluan.” (HR. Al-Bukhari no. 2721)


Sikap mengingkari janji terhadap siapapun tidak dibenarkan agama Islam, meskipun terhadap anak kecil. Jika ini yang terjadi, disadari atau tidak, kita telah mengajarkan kejelekan dan menanamkan pada diri mereka perangai yang tercela.

Al-Imam Abu Dawud rahimahullahu telah meriwayatkan hadits dari shahabat Abdullah bin ‘Amir radhiyallahu ‘anhuma dia berkata: “Pada suatu hari ketika Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam duduk di tengah-tengah kami, (tiba-tiba) ibuku memanggilku dengan mengatakan: ‘Hai kemari, aku akan beri kamu sesuatu!’ Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam mengatakan kepada ibuku: ‘Apa yang akan kamu berikan kepadanya?’ Ibuku menjawab: ‘Kurma.’ Lalu Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

“Ketahuilah, seandainya kamu tidak memberinya sesuatu maka ditulis bagimu kedustaan.” (HR. Abu Dawud bab At-Tasydid fil Kadzib no. 498, lihat Ash-Shahihah no. 748)

Abdullah bin Mas’ud radhiyallahu ‘anhu berkata:

“Kedustaan tidak dibolehkan baik serius atau main-main, dan tidak boleh salah seorang kalian menjanjikan anaknya dengan sesuatu lalu tidak menepatinya.” (Shahih Al-Adabul Mufrad no. 300)


Tidak akan masuk surga kecuali jiwa yang beriman lagi bersih. Dan surga bertingkat-tingkat keutamaannya, sedangkan yang tertinggi adalah Firdaus. Darinya memancar sungai-sungai yang ada dalam surga dan di atasnya adalah ‘Arsy Ar-Rahman. Tempat kemuliaan yang besar ini diperuntukkan bagi orang-orang yang memiliki sifat-sifat yang baik, di antaranya adalah menepati janji. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

“Dan orang-orang yang memelihara amanat-amanat (yang dipikulnya) dan janjinya.” (Al-Mu`minun:

Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda (yang artinya): “Jagalah enam perkara dari kalian niscaya aku jamin bagi kalian surga; jujurlah bila berbicara, tepatilah jika berjanji, tunaikanlah apabila kalian diberi amanah, jagalah kemaluan, tundukkanlah pandangan dan tahanlah tangan-tangan kalian (dari sesuatu yang dilarang).” (HR. Ahmad, Ibnu Hibban, Al-Hakim dan Al-Baihaqi dalam Syu’abul Iman, lihat Ash-Shahihah no. 1470)

Siapapun orangnya yang masih sehat fitrahnya tidak akan suka kepada orang yang ingkar janji. Karenanya, dia akan dijauhi di tengah-tengah masyarakat dan tidak ada nilainya di mata mereka.

Namun anehnya ternyata masih banyak orang yang jika berjanji hanya sekedar igauan belaka. Dia tidak peduli dengan kehinaan yang disandangnya, karena orang yang punya mental suka dengan kerendahan tidak akan risih dengan kotoran yang menyelimuti dirinya. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

“Sesungguhnya binatang (makhluk) yang paling buruk di sisi Allah ialah orang-orang kafir, karena mereka itu tidak beriman. (Yaitu) orang-orang yang kamu telah mengambil perjanjian dari mereka, sesudah itu mereka mengkhianati janjinya pada setiap kalinya, dan mereka tidak takut (akibat-akibatnya).” (Al-Anfal: 55-56)

Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

“Bagi setiap pengkhianat (akan ditancapkan) bendera pada pantatnya di hari kiamat.” (HR. Muslim bab Tahrimul Ghadr no. 1738 dari Abu Sa’id Al-Khudri radhiyallahu ‘anhu)

. Wallahu a’lam

Kamis, 16 Juni 2011

=)) Cukuplah Kematian Menjadi Pengingat ((=

Assalamu"alaikum warahmatullahi Ta'alla wabarokatuh

Saat ini saya ingin berbicara kematian. Cukuplah kematian menjadi peringatan dan nasihat.
Cukuplah kematian menjadikan hati bersedih, menjadikan mata menangis, menjadi ajang
perpisahan dengan orang-orang yang dicintai dan menjadi pemutus segala kenikmatan dunia.
Ketika nafas mulai tersengal…
Ketika nyawa sedang meregang…
Ketika mata membelalak dan dahi berkeringat … Pintu taubat telah tertutup.

Engkau mulai memasuki gerbang kehidupan baru. Sementara istri,
anak dan keluarga serta kerabatmu menangis dan merintih disisimu, engkau sedang
dalam kesedihan yang mendalam, tidak ada seorang pun yang
mampu menyelamatkan dan menghindarkan dirimu dari jemputan Malaikat Maut. Kini, engkau saksikan dan rasakan sendiri peristiwa mengerikan itu, setelah sebelumnya engkau mereguk banyak kenikmatan dan kesenangan tanpa kenal rasa syukur. Telah datang ketentuan
Allah kepadamu, lalu nyawamu diangkat ke langit. Setelah itu, kebahagiaan atau
kesengsaraankah yang akan engkau dapat?

Ikhwah fillah, cukuplah kematian menjadi peringatan untuk kita bahwa dunia hanyalah
kebahagiaan semu dan tak berarti apa-apa. Tidakkah engkau dengar sebuah firman Rabbmu yang sanggup menggetarkan gunung,

ﻛﻞ ﻧﻔﺲ ﺫﺍ ﺋﻘﺔ ﺍﻟﻤﻮﺕ ﻭﺇﻧﻤﺎ ﺗﻮﻓﻮﻥ ﺃﺟﻮﺭﻛﻢ ﻳﻮﻡ ﺍﻟﻘﻴـﻤﺔ ﻓﻤﻦ ﺯﺣﺰﺡ ﻋﻦ ﺍﻟﻨـﺎﺭ
ﻭﺃﺩﺧﻞ ﺍﻟﺠﻨـﺔ ﻓﻘﺪ ﻓﺎﺯ ﻭﻣﺎ ﺍﻟﺤﻴﻮﺓ ﺍﻟﺪ ﻧﻴﺎ ﺇﻻ ﻣﺘﻊ ﺍﻟﻐﺮﻭﺭ۝

“Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Dan sesungguhnya pada hari kiamat sajalah disempurnakan pahalamu. Barang siapa dijauhkan dari Neraka dan dimasukkan ke dalam Surga maka sungguh ia telah beruntung. Kehidupan dunia itu tidak lain hanyalah kesenangan yang memperdayakan. ” (QS. ‘Ali Imran: 185)
Tidakkah ayat tersebut mengusik hati yang lama mati? Tidakkah ayat tersebut membuat telinga yang tuli menyimak kembali? Tidakkah ayat tersebut menjadi cambuk diri?
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

ﻟﻮ ﺗﻌﻠﻤﻮﻥ ﻣﻞ ﺃﻋﻠﻢ ﻟﻀﺤﻜﺘﻢ ﻗﻠﻴﻼ ﻭﻟﺒﻜﻴﺘﻢ ﻛﺜﺒﺮﺍ

“Seandainya kalian mengetahui
apa yang aku ketahui, niscaya kalian akan sedikit tertawa dan banyak menangis. ” (Muttafaq ‘alaih)
Seorang penyair berkata, Mereka katupkan kelopak mataku –setelah berputus asa-
lantas bergegas pergi membelikanku kafansalah seorang kerabatku berdiri dengan tergesa
pergi ke tukang memandikan mayat agar datang memandikanku salah seorang mendatangiku lalu
melucuti semua pakaianku dan menelanjangiku sendirian mengucurkan air dari atas kepalaku dan memandikanku tiga kali seraya meminta kafan kepada keluargaku
dan mereka mengenakanku baju tanpa lengan dan tanpa jahitan
hanya kamper sebagai bekalku mereka meletakkanku di dekat
mihrab lalu mundur di belakang imam menshalatiku lalu melepasku
mereka menshalati jasadku dengan shalat tanpa ruku ’ dan sujud

Semoga Allah merahmatiku…
Di hari kematianmu, keluarga dan kerabat mengangkat jasadmu di atas pundak, setelah sebelumnya
engkau menjadi orang yang mengangkat jasad orang lain.
Kala itu, apakah jasadmu ingin supaya mereka mempercepat
langkahnya, atau malah jasadmu bingung –hendak dibawa kemana jasadmu itu?

Kemudian, mereka memasukkanmu kedalam lubang
sempit dan gelap setinggi dua meter oleh orang-orang yang
paling engkau cintai dan keluarga yang paling dekat denganmu.
Mereka menutupimu dengan papan sehingga menghalangi
cahaya matahari yang hendak masuk ke dalam liang lahatmu.
Lalu, mereka menimbun jasadmu dengan tanah sampai tertutupi
kuburanmu. Salah seorang dari mereka berkata, “Mintakanlah
ampun untuk saudaramu, dan mintakanlah ketetapan iman
untuknya, karena sesungguhnya sekarang ia sedang ditanya. ”

Tidak berapa lama, mereka semua pergi meninggalkan tubuh
dingin dan kaku yang dulunya adalah dirimu yang rupawan.
Mereka meninggalkanmu dalam gelap dan dingin. Di sekelilingmu hanyalah tanah dan tanah. Lalu
dikembalikanlah ruhmu kepada jasadmu, dan datanglah dua
malaikat yang biru kehitam- hitaman untuk bertanya, “Siapa Tuhanmu? Apa agamamu? Siapa
Nabimu ?” Dengan apakah engkau akan menjawabnya..?

Jika ketika engkau mati, engkau telah bertaubat dan beriman, maka Allah akan meneguhkan
jawabanmu, dan engkau bisamengambil hadiahmu berupa
kebahagiaan di akhirat kelak, seperti disebutkan dalam firman- Nya,

ﻳﺜﺒﺖ ﺍﻟﻠﻪ ﺍﻟﺬ ﻳﻦ ﺀﺍﻣﻨﻮﺍ ﺑﺎﻟﻘﻮﻝ ﺍﻟﺜﺎﺑﺖ ﻓﻰ
ﺍﻟﺤﻴﻮﺓ ﺍﻟﺪﻧﻴﺎ ﻭﻓﻰ ﺍﻷﺧـﺮﺓ ﻭﻳﻀـﻞ ﺍﻟﻠﻪ
ﺍﻟﻈـﻠﻤﻴﻦ ﻭﻳﻔﻌﻞ ﺍﻟﻠﻪ ﻣﺎ ﻳﺸﺎﺀ۝

“Allah meneguhkan (iman) orang-orang yang beriman dengan ucapan yang teguh itu
dalam kehidupan di dunia dan akhirat, dan Allah menyesatkan orang-orang yang zhalim dan
memperbuat apa yang dikehendaki-Nya.” (QS. Ibrahim: 27)

Namun, bagaimana jika ketika engkau meninggal, engkau belum sempat bertaubat? Engkau tidak akan tahu jawaban atas pertanyaan itu. Engkau hanya akan berkata, “Hah… hah… aku tidak tahu!” Kemudian terdengarlah seruan, “Bohong!
Baringkan ia di Neraka, dan bukakan pintu Neraka untuknya!”
Maka engkau akan merasakan panasnya Neraka, kuburanmu akan menghimpit dan meremukkan seluruh tulang belulangmu. Kemudian datanglah kepadamu seseorang yang berwajah amat buruk, berbau busuk dan berbaju lusuh, ia berkata, “Aku datang kepadamu
membawa berita buruk. Inilah hari yang dijanjikan kepadamu.”

Maka bertanyalah dirimu tentang dirinya, maka dia menjawab, “Aku adalah amal burukmu.”
Kemudian menjadilah dirimu buta, bisu dan tuli, dan tanganmu memegang sebatang besi yang
apabila sebuah gunung dipukul dengan besi tersebut maka
hancurlah dia hingga menjadi debu. Begitupula dirimu, ketika
palu besi itu mengenai dirimu maka rasa sakit yang tiada
tertahankan akan membuatmu menjerit hingga lengkingannya
terdengar oleh seluruh makhluk, kecuali jin dan manusia. Dan tidak
ada yang engkau harapkan setelah itu, melainkan agar Allah tidak menyegerakan Hari Perhitungan.

Wahai saudaraku… setiap hela nafasmu menjadi langkah maju menuju kematian. Maka
janganlah menunggu ‘nanti’ untuk bertaubat, tapi bersegeralah, karena engkau
tidak pernah tahu sudah sedekat apa kematian itu dengan dirimu

Subhanaka Allahuma wabihamdihi Asyhadu Alla Illa Anta Astaqfiruka Wa Atubu Ilaik